Visi dan Misi

Visi MTs Negeri 2 Rembang

Terwujudnya anak sholeh yang berprestasi dalam IMTAQ dan IPTEK.

Misi MTs Negeri 2 Rembang

1. Meningkat kwalitas keagamaan di Madrasah antara lain mengefektifkan shlalat berjamaah dan tadarus Al Qur’an.

2. Mewujudkan Madrasah sebagai pusat transformasi IMTAQ dan IPTEK.

3. Meningkatkan proses belajar mengajar dan bimbingan belajar agar siswa dapat berkembang secara maksimal sesuai kemampuannya.

4. Mengembangkan strategi kompetitif yang positif dilingkungan Madrasah secara demokratis.

5. Mengoptimalkan kegiatan ekstrakulikuler agar menghasilkan lulusan yang trampil.

6. Melestarikan dan mengembangkan olah raga, seni dan budaya nasional yang islami.

7. Mengembangkan pribadi yang muslim yang cinta tanah air.

Sunday, July 8, 2018

Artikel Guru

Langkah Jitu Guru
Dalam Mencegah Kekerasan
(Slamet Winarto)

Barangsiapa mau menjadi guru,
Biarkan dia memulai Mengajar dirinya sendiri
Sebelum mengajar orang lain
Dan
Biarkan dia mengajar Dengan teladan
Sebelum mengajar Dengan kata-kata
(Karya: Kahlil Gibran)



Rasanya apa yang diungkapkan oleh Kahlil Gibran dalam karyanya yang berjudul “Guru” seperti yang tertulis di atas patutlah untuk kita renungkan bersama.  Diakui atau tidak,  sampai saat ini telah terjadi krisis keteladanan pada generasi muda.  Sulit sekali mencari sosok teladan dari para stakeholder di negara ini, mulai dari pejabat Negara, daerah, sampai pada tingkat keluarga maupun guru di sekolah.  Berita-berita yang selalu menghiasi media televisi, Koran, majalah, tabloid maupun media sosial tak henti-hentinya memuat berita mulai dari pertikaian politik dan kepentingan, korupsi yang merebak disetiap posisi dan jabatan, kekerasan dan pelecehan dilingkungan keluarga, masyarakat bahkan sangat ironis sekali di lingkungan pendidikan (baca: sekolah/madrasah), semua itu menjadi suguhan yang akrab dimata dan telinga kita.
Apa Yang Salah?
Pendidikan  nilai  moral  baru  disadari  ketika  sinyal kehancuran  moral  mulai  tampak  seperti  para  era  reformasi  ini.  Tetapi  ironis sekali, memang  dunia  pendidikan  kita yang telah  memberikan  porsi   sangat  besar  untuk ilmu dan pengetahuan, ahklak dan moral, juga pendidikan karakter  tetapi  juga  “khilaf” dengan melupakan  nilai keteladanan sehingga banyak ternjadi penyimpangan-penyimpangan yang justru dilakukan anak didik dilingkungannya sendiri.  Fenomena tindak kekerasa tela melanda  pelajar di tanah air. Tindak kekerasan di kalangan pelajar kian hari, kian merajalela. Maraknya aksi tawuran, merebaknya kasus video porno, pelecehan seksual, praktik kekerasan senior pada yuniornya, kasus bullying, kasus miras, terjerumus  dalam  narkotik dan obat-oba terlarang, bahkan sangat memprihatinkan sekali sampai pada penganiayaan murid  kepada gurunya yang terjadi di Kabupaten Sampang hingga sang guru meninggal dunia.  Kita semua patut prihatin dan tentunya bertanya-tanya, “Apa yang salah” dengan fenomena seperti ini?
Kalau kita mau jujur, sebenarnya kita bukanlah bangsa yang bodoh untuk sekedar mengurai penyebab permasalhan dan mencari solusi yang ideal. Bukan sekedar membiarkan setiap permasalahan selalu timbul tenggelam yang akhirnya menjadi bentuk kekuatiran yang bersifat permanen.  Jawabannya adalah sederhana saja, yaitu butuh “Kejujuran” dan “Keteladanan” seperti yang di ungkap dalam karya Kahlil Gibran di atas.  “Kejujuran” mengandung arti untuk bisa mengakui kekurangan dan kelemahannya sendiri sehingga kita akan bisa berkaca pada diri kita sendiri apakah kita mampu untuk “mengajar” orang lain sementara kita sendiri belum bisa “mengajar” diri kita sendiri.  “Kejujuran” disini akan menjadi sebuah motivasi yang sangat luar biasa dalam mengembangkan dan meningkatkan potensi professional diri. “Keteladanan”  akan sangat berpengaruh untuk diaktualisasikan dalam bentuk perilaku.  Sikap “Keteladanan”  disemua aspek akan efektif bagi pembentukan karakter dan kepribadian anak didik kita.

Mencegah bukan Menindak
Gur memegang  perana kunc dalam  pembentuka watak  da perilaku pelajapemegang estafet kepemimpinan bangsa Indonesia pada masa yang akan datang. Menyadari pentingnya kedudukan dan tanggung jawab guru terhadap perkembangan potensi pelajar, guru wajib membekali pelajar dengan hal-hal positif dan arah yang lurus. Arah lurus yang harus ditempuh oleh sang guru untuk mencegah tindak kekerasan di kalangan pelajar.  Hal yang perlu diingat dan diketahui bersama adalah penjabaran UUD 1945 yang dituangkan dalam UU No. 20 Tahun 2003 yang menyiratkan tujuan ideal sistem pendidikan kita, yaitu membentuk manusia Indonesia seutuhnya.  Hal ini akan menjadi sebuah keniscayaan semata kalau pendidikan hanya dibebankan pada pemerintah (Baca: sekolah/Guru), karena justru sebagian besar waktu peserta didik dihabiskan bersama keluarga dan lingkungan masyarakat.  Semestinya ketiga unsur ini memiliki tanggung jawab dan misi yang sama terhadap pendidikan dalam membentuk karakter anak bangsa.

Apa yang harus dilakukan Guru?
Ibarat dalang “Ora kurang Lakon” (Tidak kekurangan cara) Sekolah merupakan salah satu lembaga yang bisa melakukan pencegahan terhadap tindak kekerasan di kalangan pelajar. Sekolah bisa menggerakkan semua komponen untuk terlibat dalam pencegahan tindak kekerasan di kalangapelajar. Dua komponen sekolah yang bisa dihandalkan itu adalaguru dapelajar.  Disinilah guru dituntut untuk mempunyai strategi dalam menghadapi siswa.  Sebaga perwujuda peranyata gurdalam mencegah tindak kekerasadi kalangan pelajar, guru harus  mengaplikasikan “Kejujuran” dan “Keteladanan” sebagai kunci dalam membentuk karakter siswa yang dapat kembangkan dengan langkah berikut:

1. Tanamkan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan (Imtaq) pada pembelajaran
Sebagai generasi muda, pelajar perlu dibekali iman dan takwa sehingga kelak menjadi pemimpin negeri yang berakhlak mulia. Ini tidak hanya menjadi tanggung jawab guru agama semata, tetapi  guru nonagama pun sangat perlu untuk mengimplementasikan nilai-nilai iman dan takwa pada mata pelajaran  yang diajarkannya. Disinilah guru harus pandai untuk meramu butir-butir pembelajaran dengadalil-daliKitab Suci sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya.. Hal ini bisa ditempuh dengan cara: (1) memilih  materi  pembelajarayang bersentuhan langsung dengakepribadiadan nurani siswa, (2) memilih nilai-nilai Illahi dari Kitab Suci  yancocok untuk diimplementasikan dengan materi pelajara(3) melaksanakan pembelajaran di kelas dengan mengimplementasikan nilai- nilai keimanan dan ketakwaan pada mata pelajaran.dengan variasi media atau strategi pembelajaran sehingga lebih menarik.

2.  Jangan abaikan apa yang ditulis siswa, telusuri dan arahkan  
Siswa kadang membutuhkan tempat untuk dapat mencurahkan  segala sesuatu (tanpa batas) yang bersifat pribadi. Sering kali kita jumpai dilingkungan sekolah baik di dinding, meja, kursi atau di tempat apapun terdapat tulisan atau coretan dari tangan siswa, tapi kadang kita sebagai guru belum memahami kalau sebenarnya apa dan dimana seorang siswa membuat coretan, entah berupa gambar, kata maupun kalimat merupakan ungkapan apa yang dirasakan oleh siswa (kemarahan, kebencian, rasa suka, kekesalan, bahagia ataupun emosi).  Diakui atau tidak selama ini guru hanya memberi sanksi hukuman bila mengetahui siapa yang membuat coretan itu tanpa berusaha mengungkap mengapa siswa itu membuat coretan terlebih coretan yang berkonotasi negatif baik umpatan kata-kata kotor, ungkapan perasaan suka, bahkan dalam bentuk gambar yang mengarah pornografi. Itulah bentuk ungkapan siswa yang ada dalam pikirannya saat itu. Sebagai contoh siswa sedang tidak nyaman dengan perlakuan guru A untuk melampiaskan kekesalannya si siswa membuat coretan di dinding dengan kata-kata upatan untuk guru A. Atau mungkin saat si siswa sedang tertarik dengan temannya dan tidak berani mengungkapkannya, pelampiasannya diungkap di dinding sekolah dengan tulisan atau gambar cinta. Saat guru menemukan hal ini apa yang dilakukan? Menegur, member sanki atau hukuman tanpa menelusur maksud atas tulisan itu.
Kalau kita jeli dan kita cermati hal di atas bisa menjadi sebuah petunjuk terhadap gejala-gejala penyimpangan yang sedang terjadi pada siswa, sehingga kita bisa mencegah sedini mungkin gelagat ketidak wajaran yang muncul pada diri siswa.  Kalau perlu kita tanamkan pada siswa kebiasaan menulis dalam sebuah buku agenda harian. Kita bisa mengarahkan dan menanamkan kebiasaan menulis dalam buku harian untuk mengungkap perasaan apapun yang dialami siswa.   Maraknya media sosial baik melalui facebook, WA, maupun BBM dapat kita gunakan untuk memantau kondisi psikis siswa.  Guru jangan sungkan untuk selalu melakukan pengecekan pada media sosial siswa, karena tidak jarang bentuk kekesalan, kekecewaan, perasaan suka, perasaan bahagia banyak yang diunggah dengan menulis status di media sosial. Guru harus jeli dengan ungkapan-ungkapan status di media sosial dan tentunya bila status yang ditulis mengarah pada hal yng bersifat “negatif” (kekesalan, emosi, putus asa, merasa tertekan) maka guru segera mengambil tindakan preventif dengan mengajak dialog pada siswa untuk lebih di arahkan, bukan bentuk vonis. Ajaklah untuk dapat bicara dari hati ke hati, hal ini akan memberikan kesan tersendiri bagi siswa.  Siswa akan merasa diperhatikan dan dihargai.

3.  Mendongendalam pembelajaran

Sering kali saat mengajar, guru cenderung berpacu dengan waktu untuk mengejar target kurikulum yang harus diselesaikan, sehingga dalam proses pembelajaran terkesan sangat serius yang membuat siswa tegang.  Bayangkan andai semua guru mula jam pertama sampai jam terakhir dan itu tiap hari dilakukan, bisa-bisa siswa stress dalam pembelajaran.  Kendorkan ketegangan dengan selingan dongeng.  
Banyak manfaat yandapat diperoleh dari dongeng. Dongeng dapat memberikan hiburan, mengajarkan kebenaran, dan memberikan keteladanan. Dongenapabila dibawakan dengan cara mendongeng yang tepat dan benar akan mengarahkan pendengar pada pemilihan tokoh yanbaik dan berguna. Hal itu akan memberi ilham untuk menjadikan tokoh yang baik sebagai model. Dengan analisis yang benar, kita akan bisa mendapatkan nilai pesan dari pembuat dongeng. Bila nilai itu sesuai dengan agama dan kepercayaan kita, maka kita bisa menghayatinya atau mengamalkannydalam kehidupan sehari-hari.
Hal-hal yang harus diperhatikan oleh Guru agar nilai-nilai positf dalam dongenefektif bagi pembentukan perilaku dan akhlak mulipeserta didik
Ø Pandai-pandailah alam mencari dan mengemas naskah dongeng menjadi cerita yang menarik
Ø Pilihlah naskah dongeng yang isinya bersentuhan langsung dengaajaran moral, akhlak, nurani, perasaan, dan keteladanan hidup.
Ø Lakukan    kegiatan     refleksi    pada  akhir  kegiatan   tentang isi do-ngeng dacara mengaplikasikannya dalam kehidupan peserta didik sehari-hari.
Ø Peserta didimemilih tokoh      dalam dongeng yanberkarakter baik dan menyebutkan upaya untuk bisa meniru kebaikannya.
Ø Peserta didi dijelaskan dan diarahka untuk tidak meniru tokoh dongenyang jahat
Ø Peserta didik menyebutkan upaya-upaya agar tidak memiliki sifajahat.

4.  Didiklah dengan sabar, ikhlas dan penuh kasih sayang
Sabar yaitu sikap tabah menghadapi segala kepahitan hidup, besar dan kecil, lahir dan  batin,  fisiologis,  maupun  psikologis,  karena keyakinan  yang tak  menggoyahkan bahwa manusia semua berasal dari Allah dan akan kembali kepada-Nya. Peserta didik di suatu sekolah memilki latar belakankehidupan yang hiterogen, sehingga mereka pun memiliki perilaku yang bermacam-macam. Untuk itu, kesabaran seorang guru sangat diperlukan.
Sabar merupakan pelengkap takwa yang menjadi senjata kehidupan seseorangSebagai bantalan jiwa yang mampu  menahan dan menerima benturan-benturagelombang kehidupan.
Ikhlas maksudnya rela melakukan sesuatu karena Allah. Ikhlas ini yang mestinya menjadi penggerak jalannya kerja kehidupan. Dengan rela berkorban, hidup ini akan menjadi ringan. Yang jauh menjadi dekat dan yang berat menjadi ringan.
Langkah pembelajaran yandilandasi rasa ikhlas, sabar,dan penuh kasih sayang dapat ditempuh dengan hal-hal sebagai berikut:
Ø  Jangan terlalu pelit dengan ucapan Selamat, Hebat”, atau “Sukses“ sebagai ungkapan pujian terhadasetiap keberhasilan peserta didik sekecil apa pun..
Ø Hindari  ucapan yang berlawanan atau berbentuk larangan,  seperti   Jangan!,    
    “Tidak boleh, atau Dilarang.
Ø  Biasakan untuk mengucapka terim kasih  kepada  peserta  didik,  tatkala peserta didik membantu gurdalam pekerjaasekecil apa pun.
Ø  Tidak perlu malu untuk mengakui sebuah kesalahan di depan peserta didik. Ungkapkan dengan kata “Maaf”
Ø   Berikan sebuah kebebasan untuk memilih dan menentukan bukan  didekte.
Ø  Selalu tersenyum.di depan siswa, walaupun pikiran dan hati dengan segala persoalan keluarga dan pekerjaan sedang berkecamuk.
Ø  Pahamilah  dunia kehidupan anak didik kita.

5.  Terapkan  pendidikan tanpkekerasan

Pendidikan tanpa kekerasan pentinbagi peserta didik karena segala bentuk tindak kekerasan akan mempengaruhi perkembangan peserta didik. Apabila mendapat perlakuan tindak kekerasan, kemungkinan peserta didik akan menirukan tindak kekerasan tersebut dan melakukan tindak kekerasan kepada orang lain. Inilah salah satu bentuk keteladanan yang harus dilakukan guru, baik kekerasan fisik maupun kekerasan dalam berbicara (baca bentakan).
Untuk menerapkan tindakan tanpa kekerasan  dapat dilakukan dengan cara:
Ø  Menjalin hubungan yang sehat dan harmonis antara guru dan peserta didik.
Ø   Selusaikan persoalan  dengan kepala dingin, hindari tindakan yang kasar,
Ø  Tanamkan sikap  disiplin  dan  rasa  kebersamaan dengan   pembiasaan melaksanaka sholat berjamaah di sekolah.
Ø  Tempatkan peserta didik sebagapusat pembelajaran,
Ø  Peserta didik dan guru belajar bersama sebagai komunitas belajar.
Ø  Guru memberikan layanapembelajaran yang menyenangkan,
Ø  Upayakaadanya sambung rasa (keterikatan batin) antara guru dengan siswa,
Ø  Berikan peluang kebebesan kepada peserta didik untuk berkreasi dan berekspresi,
Ø  Hindari untuk memaksakan kehendak kepada peserta didiagar selalu mengikuti kemauannya.

Kita sadar bahwa guru merupakan pelaku utama dalam  dunia pendidikan. Guru memegang peranan kunci dalam pembentukan watak dan perilaku generasi muda,  Lima hal yang diuraikan dengan merajuk pada karya Kahlil Gibran merupakan upayta dan peran nyata  guru dalam mencegah tindak kekerasan di kalangan pelajar.

No comments:

Post a Comment